Selasa, 14 Juni 2011

love you just the way you are....

kadang aku menyempatkan diri untuk mengobrol bersama teman-teman Raihan,
ini obrolan saat menemani Raihan tur sekolah

berbincang mengenai minat, cita-cita, bacaan, para penemu,
sampai tiba-tiba ada salah seorang anak, menyanyikan sebuah lagu, lagu yang menghina sekolah lain
kutanya anak itu, "kenapa kau nyanyi seperti itu ? apa yang salah dengan sekolah itu ?"
anak-anak lain menjawab hampir serempak "dia emang gitu Bu...., senengnya tawuran"
anak yang satu ini, langsung ngacir menghindar dari teman-temannya dan aku

lalu kutanya semua anak yang sedang ngumpul ngobrol di pojok warung (sambil menunggu bis datang)
apa sih yang dicari saat tawuran ? pengen terlihat gagah ? hebat ?

serempak menjawab, "iya Bu.....keren, hebat..."

*dalam hati : alamaaak - prihatin tingkat tinggi*

lalu kujawab, ooo gitu ya ? tau ngga.....kalian semua hebat, kalian semua terhebat untuk orang tua kalian, jadi tidak perlu membuktikan dengan tawuran, buktikan saja dengan cara yang baik

penerimaan yang terbaik, datang dari rumah yang hangat dengan kasih
semoga anak-anak tidak perlu mencari-cari penerimaan dirinya dengan jalan yang lain


15 komentar:

  1. Ada hal yang ditakutkan atau dikuatirkan oleh diri sang anak, manakala ia merasa dirinya tidak menjadi bagian dari "persahabatan" dalam lingkungan teman-temannya. Biasanya muncul pada diri sang anak itu kekuatiran takut dianggap tidak mempunyai rasa solidaritas. Apalagi bila bumbu solidaritas itu mengatasnamakan organisasi, dalam hal ini sekolah.

    Maka, ketika ada 1-2 orang anak nakal di lingkungan sekolah itu yang membuat ulah dengan menjahili anak sekolah lain, biasanya mudah bagi sang anak nakal itu mempengaruhi / mendoktrin teman-temannya dg bumbu: solidaritas dan cinta golongan.

    Ini juga PR bagi orang tua untuk mengajarkan kepada sang anak: prinsip berani berkata "Tidak", setelah diajarkan tentang budi pekerti.

    Lagi-lagi, ini investasi yang mahal harganya, tapi sangat berharga untuk dilakukan.

    BalasHapus
  2. SMA banyak juga yang tawuran, ya ...
    *prihatin ...

    BalasHapus
  3. investasi mahal Mas Iwan, dan sangat perlu konsistensi

    satu hal yang saya tekankan pada Raihan dan Pandu, untuk berani jadi diri sendiri, jangan takut tidak punya teman, karena masih banyak teman yang baik, yang bisa menjadi teman sejati

    sangat perlu ketegasan orang tua, bahkan dimulai dari hal kecil
    saya melarang Raihan dan Pandu menggunakan nama alay di FB mereka, juga saya tidak memperkenankan anak-anak terbawa "mode", membiasakan mereka memilah mana yang baik dan cocok, yang bisa diterapkan

    ini untuk membiasakan mereka teguh pada pendirian, dan tidak mudah terbawa omongan teman

    semoga Allah memudahkan langkah kita, para orang tua, amiin

    BalasHapus
  4. banyak Mas Hen, biasaya mereka tiba-tiba bernyali lebih saat bergerombol
    bagus sekali patroli polisi yang mebubarkan pelajar yang bergerombol
    sungguh seram rasanya berada diantara mereka yang tawuran, mereka bisa berlari menyebrang jalan tanpa menengok kiri kanan, hanya untuk mengejar "musuh" mereka sambil menyabet-nyabet gir motor yang diikat rantai
    *ini pengalaman pribadi*

    BalasHapus
  5. Saya sependapat dengan pola didikannya, mbak Embun.

    Mengapa saya bilang investasi mahal? karena tidak sedikit orang tua yang benar-benar mau (secara rela & ikhlash) meluangkan waktu berinteraksi yg positif dg sang anak, guna membentuk mental & karakter sang anak tsb menjadi lebih baik.

    Apalagi mahalnya ini kalo dikaitkan dengan waktu untuk mengejar dunia (bagi orang tua).

    BalasHapus
  6. kata kuncinya di komunikasi yang sehat, dua arah

    dan saya enjoy "menemani" mereka tumbuh
    saat melihat perkembangannya walau kadang perlahan, sungguh kebahagiaan yang tidak terkira, priceless ...., more than anything,
    karena mereka adalah amanah, melakukannya atas nama Pemberi Amanah, Insya Allah....

    BalasHapus
  7. wah, betul juga ya ...
    waktu kebersamaan itu sangat mahal dan berharga, ya ...

    *manggut-manggut ...

    BalasHapus
  8. betul Mas Hen, terutama kualitas cara "melewati waktu bersama" itu
    supaya jadi momentum-momentum yang sesuai tujuan

    BalasHapus
  9. Kedekatan antara orang tua dan anak memang sangat penting sekali, jangan sampai sia anak lebih memilih curhat pada teman yang "tidak benar"..

    BalasHapus
  10. nah ini yang perlu diwaspadai
    bener banget Mas Aan
    saat anak-anak bertanya sesuatu, kadang saya pancing dengan pertanyaan
    "yang kamu dengar bagaimana ...?"
    ini juga dalam rangka "meluruskan" apabila informasi yang dia dengar dari temannya malah menjerumuskan

    BalasHapus
  11. miris banget yah dengernya Teh,

    orangtua dan lingkungan mungkin berpengaruh besar dalam pembentukan cara pandang seperti ini :(

    BalasHapus
  12. mungkin bagi sebagian orang tua, memberi makan dan menyekolahkan dianggap sudah memenuhi kewajiban sbg orang tua

    BalasHapus
  13. Betuuul teh,
    kadang tak pernah sadar ya.

    *smoga kelak aku menjadi orangtua yang tak lalai*

    BalasHapus
  14. Menarik sharingnya, hampi kelewatan masa hehe.....Tawuran antar sekolah hanya ada ditahun 90an keatas.Turut prihantin juga atas kejadian seperti itu.Thanks ya mba.

    BalasHapus
  15. tawuran masih laku aja Mas
    entah apa yang mereka cari ya, saya juga prihatin

    sama-sama Mas

    BalasHapus