Selasa, 15 Mei 2012

percayalah, setiap anak terlahir cerdas

Saya percaya setiap anak terlahir cerdas, urusan anak itu jadi cerdas betulan, kembali pada usaha orang tuanya

Saya juga percaya, cerdas bukan berarti nilai-nilai pelajarannya selalu cemerlang

Seperti lembaran kertas putih, pilihan orangtuanya mau menorehkan apa di kertas itu, membiarkannya kosong melompong, atau mengisinya dengan catatan-catatan yang bermanfaat plus ilustrasi indah

Saya percaya anak terlahir cerdas bahkan sejak belum lahir, saya terbiasa berkomunikasi sejak mereka bersemayam di perut saya, mengobrol hal ringan, mengajak berdoa bersama, bahkan menangis bersama saat saya terharu, saya ingat saat membesuk salah satu keponakan jauh di ruang ICU, saat itu Raihan masih dalam kandungan, begitu trenyuhnya hati saya memandang balita itu tergolek, saya ajak Raihan berdoa bersama untuk sepupunya itu, semoga ini bagian dari pengajaran empati

Saya percaya walau saat balita mereka masih mengoceh dengan bahasa planet, mereka pasti mengerti bahasa saya,
jadi dengan senang hati saya menceritakan kisah-kisah ringan saat memangku dan memeluk bayi-bayi saya


Sedikit besar, saat komunikasi sudah bisa dua arah, saya senang memancing mereka dengan pertanyaan
- kamu tau ngga, kenapa langit berwarna biru
- kenapa ya bisa turun hujan ?
- pelangi asalnya dari mana ya ?
akhirnya mereka terbiasa untuk ingin tahu dan bertanya

semakin besar, topik pun menjadi semakin berat
mulai dari urusan mimpi basah sampai how to make a baby
kadang nyerempet soal politik

walau mereka baru 12 tahun dan 10 tahun, saya percaya
kapasitas mereka sanggup mencerna kejadian-kejadian di lingkungannya

saya tidak pernah berfikir mereka terlalu kecil untuk sebuah bahasan
tinggal kembali pada orang tua, sebagai moderator
jangan sampai pembicaraan di luar kendali

buat saya ini adalah pilihan
karena pilihan lainnya adalah
mereka mencari tahu sendiri, entah bertanya pada teman, atau lainnya, dan itu resiko yang berat, jauh di luar kendali saya

anakku sayang, mama tidak pernah meminta kalian rangking satu
hanya meminta, tidak pernah berhenti belajar
itu saja sayang....., jangan pernah berhenti belajar



19 komentar:

  1. idem mba..sy yakin&percaya,,,nice share ^_^

    BalasHapus
  2. Tante juga selalu ngajak anak di kandungan berkomunikasi, mendengarkan musik, bahkan nyanyi. Dan kenyataannya, setelah lahir, bertumbuh besar, mereka jadi halus perasaannya.

    BalasHapus
  3. setuju mba...
    cerdas bukan berarti rangking 1

    kami juga dibiasakan tanya dari rumah mba :)
    masalah apa pun, termasuk urusan haid, seks dll abah dan ibu sumber pertama kali
    diskusi biasanya berawal dr cerita2 ringan

    BalasHapus
  4. setuju...punya kelebihan masing2

    BalasHapus
  5. betul Tante, lebih peka sama lingkungan ya
    miris kalo lihat anak-anak yang apatis

    BalasHapus
  6. sip, jadi Hani sudah punya role model yang bagus kan ?
    Insya Allah akan jadi Ibu yang baik kelak ya

    BalasHapus
  7. setuju Mas Edwin

    buat saya, sekolah ya perlu
    tapi kreativitas ditumbuhkan dari rumah

    Thomas Amstrong mengenalkan 12 ciri-ciri dasar kejeniusan seseorang. Seseorang dikatakan jenius bila memiliki :
    rasa ingin tahu yang besar,
    jenaka,
    imajinatif,
    kreatif,
    rasa takjub,
    bijaksana,
    penuh daya cipta,
    penuh vitalitas,
    peka,
    flexibel,
    humoris dan
    gembira.

    thanks untuk link-nya, pengetahuan baru untuk saya

    BalasHapus
  8. sama-sama Anty, semoga bermanfaat ^____^

    BalasHapus
  9. siap Om Hendra ^_____^

    *mewakili Raihan*

    BalasHapus
  10. mangga Teh...., sun sayang buat Kirei ya Teh.... ^____^

    BalasHapus