beberapa kejadian bersama Raihan belakangan ini membuatku berfikir akan sebuah PR baru
PR baru untuk meluruskan definisi "cantik"
memang sih, iklan yang jor-joran di TV , SEOLAH menampilkan BEGINILAH kriteria WANITA yang CANTIK
berkulit putih bersih
langsing
tentu saja wajahnya memang cantik
1. Raihan ingin mamanya putih bersih
Raihan bilang begini : mestinya mama setiap bulan sekali ke salon, luluran Ma....
jangan mikirin cuma beli ayam dan kue-kue buat aku, aku ngga apa-apa kok makan telur,
uangnya mending buat mama ke salon
2. Raihan ingin mamanya langsing, sampai-sampai bilang begini : mama ikut akupuntur ya
kujawab, untuk apa ?
Raihan : biar mama kurusan
Mom : emang segini masih kurang kurus ?
Raihan : biar kurusnya kayak dulu (maksudnya langsingnya seperti dulu, kira-kira 3 tahun
yang lalu, karena dia tau ada beberapa baju mamanya yang sudah tidak cukup.
mungkin lewat cerita-cerita sebelum tidur, perlahan imej wanita cantik itu akan kubenahi
bahwa cantik tidak sekedar lahiriah semata
Bismillah....semoga dimudahkan
ngikuti iklan ga akan pernah habis mbak
BalasHapusmending rawat diri sewajarnya dan kesehatan yg utama
yup...itulah kenapa gizi jadi perhatian nomer satu
BalasHapusdengan badan sehat, Insya Allah kecantikan (lahiriah) terpancar dengan sendirinya
salam kenal ya Mbak ^__^
selalu tersenyum membaca obrolan Raihan ... he he he ...
BalasHapushehehe, dia anak yang kritis Mas Hen
BalasHapusWah iya... iklan di televisi memang pintar2 mendoktrin! Haduh2..
BalasHapusbetul, kepentingan uang semata
BalasHapusyg bikin muntah ada iklan yg taglinenya gini:
BalasHapus"Cantik itu kulit mulus bebas bulu"
... dan iklan itu sering muncul.
Demi perkembangan jiwanya, saya jauhkan televisi dari anak saya, mbak; kecuali nontonnya kami dampingi. Ini termasuk investasi yg mahal harganya, tapi sepertinya harus dilakukan.
betul Mas Iwan, semua mengarah pada lahiriah semata
BalasHapusmemang tugas orang tua jaman sekarang bertambah
tapi Insya Allah saya selalu yakin
anak-anak adalah jiwa murni yang bisa diajak berkomunikasi sehat
berpulang pada cara kita menyampaikannya