Jumat, 12 Agustus 2011
kenapa tidak kita mudahkan saja ?
kita pasti sering melihat pemandangan seperti ini, pemulung mengais-ngais tempat sampah untuk mencari sampah yang kiranya masih bisa didaur ulang, sampah non organik
bisa jadi, mereka pun mencari-cari sampah di sekitar tempat tinggal kita
lalu, kenapa tidak kita mudahkan saja pencarian mereka ?
Alhamdulillah, sudah berjalan 4 tahun ini, sampah di rumah dipisahkan, antara organik dan non organik
sampah organik, setiap pagi diambil oleh petugas sampah. Sementara sampah non organik, sengaja kami simpan di belakang rumah, ada pengumpul yang datang dua atau tiga hari sekali untuk mengambil sampah ini, botol dan kaleng minuman, kemasan minyak goreng, softener, botol shampo dan apapun yang berupa non organik.
memang hanya sampah, tapi rasanya senang, karena mereka hanya perlu membawanya saja, tanpa mesti mengais-ngais dari tempat sampah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
wah saya gak pernah melakukan itu bunda.....biasanya sih sampah yg masih bs berguna dimasukkan gudang :) untuk dirosokkan
BalasHapuswah, bagus sekali ...
BalasHapushebat ...
nah sekarang boleh dicoba Mas Catur
BalasHapuskemasan minuman misalnya ? atau botol shampo ?
Alhamdulillah, terimakasih Mas Hen ^__^
BalasHapus...iya bunda bener..kasihan daripd pemulungnya mungut2 botol itu di tempat yg baunya g karuan ya kan bunda :( *memelas
BalasHapusUpayanya mbak Embun sekeluarga patut dicontoh nih, dan udah layak keluarganya dapat sertifikasi ISO 14001:2006 :)
BalasHapusbetul, yuk kita coba dan mulai dari rumah kita sendiri ?
BalasHapus^___^
mudah-mudahan keluarga lainnya bisa ikut memulai dari rumah juga Mas Iwan
BalasHapustapi ngga pernah kepikiran ISO lho...
hanya terpikir, kalau bisa dimudahkan bagi mereka, kenapa tidak ?
iya, mbak Embun, mereka pun juga senang; bayangkan, ketika mereka masih mengaduk-aduk isi tempat sampah, bisa jadi muncul juga perasaan mereka yg teriris-iris merenungi nasibnya. Kalo dimudahkan, sepertinya sama dengan mengangkat kemuliaan & kehormatannya.
BalasHapusdikantorku juga sdh melakukan ini jeng..jadi ob ga pelu memisahkan sampah yg campur bawur itu. pekerjaan ob jadi lebih ringan. let's do at my home..
BalasHapusbetul Mas Iwan
BalasHapusini juga termasuk bagian dari membangun karakter anak-anak saya
mereka bisa berinteraksi dengan baik
bahkan saat Mang Opik, nama pemulung ini mampir untuk silaturahim, tanpa canggung mereka salim dan menemani Mang Opik mengobrol
let's go Mbak.... ^___^
BalasHapussaya sudah melakukannya di rmh :) senang melihat mereka senang :)
BalasHapusAlhamdulillah....semoga lebih banyak lagi yang melakukannya juga di rumah, ya Mbak
BalasHapus^___^
semoga mbak..^_^ senang loh kalo pas melihat mereka ambil sampah di rmh kita pasti senyumnya mengembang krn tempat sampahnya ga jorok hehe...
BalasHapussama2 belajar saling menghargai ^_^
kira-kira bagaimana mengubah sikap yang terlanjur tertanam dalam benak warga kita ya? agaknya mencampur adukkan sampah hingga masalah telah menjadi tradisi nenek moyang keknya.... hufft...
BalasHapustidak ada yang tidak mungkin
BalasHapusselama kita mau berusaha, dimulai dari unit terkecil, diri kita sendiri
selamat mencoba ^___^
Wah.. ide yang bagus sekali itu mbak..
BalasHapusKalau di sini.. dipisahkan antara sampah yang bisa di recyle dan yang tidak bisa direcyle. Lalu untuk tiap sampah ada gilirannya kapan diangkut.
duh...kapan ya di tanah air tercinta bisa seperti itu ?
BalasHapus*ngarep banget*